Langsung ke konten utama

Klasifikasi Mall

Orang Indonesia khususnya orang Jakarta pasti sudah tidak asing dengan mall. Jenis pusat perbelanjaan ini sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jakarta saat ini. Dari tujuan awalnya yaitu sebagai tempat untuk melakukan transaksi/perdagangan, mall saat ini telah berkembang sebagai tempat yang tidak hanya memfasilitasi kegiatan perdagangan, tetapi juga sebagai tempat nongkrong, ruang publik untuk menyuarakan aspirasi, hingga sebagai gaya hidup masyarakat.

Terinspirasi dari sebuah pembicaraan, saya ingin membuat klasifikasi mall-mall yang ada di Indonesia. Ternyata tidak semua mall di Indonesia itu sama loh! Mall di Indonesia ada bermacam-macam jenisnya bergantung pada strategi pendiri mall tersebut, yang disesuaikan pula dengan tujuan dibangunnya mall, demografi dari konsumen, dan hal-hal penting lainnya.

Berikut klasifikasi-klasifikasi mall berdasarkan hasil pemikiran pribadi (sengaja contoh tidak diberikan untuk menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan di kemudian hari :p) :

I. Klasifikasi berdasarkan target konsumen
  1. Mall kelas bawah (Low-class mall) : Merupakan mall yang ditargetkan untuk konsumen kelas menengah ke bawah. Mall ini umumnya menyediakan barang-barang dengan harga murah / grosir, bisa bermerek, tidak bermerek, atau bermerek tapi KW. Barang yang dijual umumnya berkisar antara baju, produk makanan/minuman, dan sedikit elektronik.
  2. Mall kelas menengah (Middle-class mall) : Merupakan mall yang ditargetkan untuk konsumen kelas menengah. Umumnya terdapat department store yang terkenal yang mengambil lahan di mall tersebut, namun memberikan harga yang tidak terlalu mahal. Outlet-outlet merek terkenal juga mungkin sudah ada di sana tapi tidak banyak, sementara barang KW juga masih bisa ditemui di mall ini. Bioskop dan hypermarket juga sudah ada di mall tersebut. Contoh: 
  3. Mall kelas atas (High-class mall) : Merupakan mall yang ditargetkan untuk konsumen kelas atas. Mall ini umumnya memiliki desain bangunan yang cantik, landscape dan interior mall yang ditata sebagus mungkin untuk kenyamanan konsumen. Beragam layanan ditawarkan di mall ini, namun Anda mungkin mesti berpikir dua kali untuk membeli barang di mall ini karena... hmm... harganya tinggi-tinggi
II. Klasifikasi berdasarkan cakupan geografis konsumen
  1. Mall lokal : Mall ini sebenarnya ditargetkan untuk memenuhi kebutuhan warga di sekitarnya. Bisa untuk warga perumahan, warga suatu desa/kecamatan dll. Mall seperti ini umumnya memiliki ukuran dan jumlah kios yang tidak begitu besar.
  2. Mall kota : Mall ini ditargetkan sebagai destinasi warga satu kota. Umumnya mall kota berukuran cukup besar, terletak di jalan/daerah yang cukup strategis di sebuah kota, dan memiliki jumlah kios yang cukup banyak dan beragam, tapi umumnya standar.
  3. Iconic Mall : Mall ini sebenarnya merupakan sebuah Mall kota, namun dengan ukuran yang mungkin sangat besar. Mall ini dilengkapi dengan beragam fasilitas dan layanan, jumlah kios yang beragam. Desain dari Mall dibuat semenarik mungkin dan selalu ada hal yang unik yang dapat ditemui dari mall semacam ini. Hal ini disebabkan karena mall seperti ini memiliki target untuk mencakup masyarakat dari mana saja (domestik maupun internasional) dan menjadi tempat wisata yang ikonik dari sebuah kota/negara
III. Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan
  1. Lifestyle mall : Mall ini ditujukan untuk melayani gaya hidup konsumennya. Oleh karena itu mall ini umumnya memiliki banyak cafe yang dapat digunakan sebagai tempat nongkrong masyarakat. Selain itu mall seperti ini juga memberikan beragam jenis hiburan seperti tempat permainan (bowling, billiard, video games, dll), serta bioskop. Mall jenis ini umumnya terletak di daerah elit dan ekslusif seiring dengan jenis konsumen dari mall ini yang umumnya golongan menengah ke atas, walau tidak selalu.
  2. Family mall : Mall ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dari konsumen serta keluarganya, serta memberikan rekreasi bagi keluarga. Mall ini berisikan berbagai outlet yang menjual perlengkapan yang dibutuhkan keluarga seperti kebutuhan hidup, peralatan rumah tangga, restoran keluarga, dan sebagainya. Selain itu terdapat juga tempat untuk rekreasi bagi keluarga seperti bioskop, tempat bermain anak, hingga taman yang dapat digunakan untuk sekedar duduk-duduk sekeluarga. Terkadang kantor-kantor khususnya terkait finansial hadir di mall jenis ini untuk memberikan layanan finansial bagi keluarga. Mall tipe ini umumnya tidak jauh dari daerah residen.
  3. Trading mall : Mall ini dikhususkan untuk kegiatan perniagaan. Desain bangunan umumnya tidak penting, kios berbentuk kotak-kotak dengan koridor yang sempit, yang terpenting adalah jumlah kios yang sebanyak mungkin serta beragam barang yang bisa didapatkan di sini bahkan hingga yang harganya sangat miring. Mall ini juga umumnya melayani pembelian grosir sehingga sering disebut mal grosir. Oleh karena itu, di mall ini mungkin sering ditemui orang-orang yang membeli barang hingga berkardus-kardus, yang tujuannya mungkin untuk dijual kembali di tempat lain. Trading mall umumnya dapat ditemui di daerah perniagaan, seperti daerah pasar atau daerah yang dari dulu terkenal sebagai pusat niaga (seperti daerah pecinan).

Seperti itulah klasifikasi mall yang dapat ditemui di Indonesia. Mungkin untuk contoh dari mall tersebut pembaca bisa menerka sendiri. Walaupun demikian, klasifikasi tersebut bersifat cukup fleksibel mengingat ada juga mall saat ini yang memadukan 2-3 jenis konsep sekaligus (misalnya family & lifestyle mall). Namun saya yakin mereka yang sering berkunjung ke banyak mall dapat merasakan perbedaan-perbedaan yang diperlihatkan oleh masing-masing jenis mall tersebut.

Selamat berkunjung ke mall~ :)

Komentar

Posting Komentar

Please comment below:

Postingan populer dari blog ini

Perbandingan sistem SKS di Indonesia (ITB) dan ECTS di Belanda (TU Delft), dan alasan mengapa banyak yang merasa kuliah di Belanda lebih berat daripada di Indonesia.

"Lebih berat kuliah di Indonesia atau kuliah di Belanda?" Banyak pertanyaan semacam itu dikemukakan oleh orang-orang yang penasaran bagaimana rasanya menempuh studi Magister di negeri kincir angin ini. Bagi sebagian besar orang yang sedang sama-sama menempuh kuliah di sini (secara spesifik di TU Delft) dan sebelumnya menempuh pendidikan S1 di Indonesia, beban kuliah di sini rasanya lebih banyak daripada beban kuliah di Indonesia. Saya pun kurang lebih merasakan hal tersebut. Namun, opini-opini tersebut masih berupa sekumpulan argumen yang bersifat kualitatif. Apakah ada penjelasan kuantitatif yang mendukung pendapat beban studi di Belanda lebih besar daripada beban studi di Indonesia? Saya akan mencoba membahasnya di sini. Perguruan tinggi di Indonesia mengenal sistem Satuan Kredit Semester (SKS) untuk mengukur beban studi mahasiswa dalam menempuh kuliah. Saya kurang tahu apakah sistem SKS berlaku sama atau berbeda-beda antar perguruan tinggi di Indonesia. Oleh karen...

Berapa kapasitas PIN BlackBerry Messenger (BBM)?

Hai folks! Setelah mengumpulkan niat akhirnya saya balik menulis blog ini lagi. Kali ini dengan topik yang sedang muncul di kepala dan mungkin agak "tidak penting": Berapa kapasitas PIN BBM? Orang Indonesia sekarang pasti sudah sangat familiar dengan yang namanya BBM. Messenger yang selalu terinstall di dalam perangkat mobile Blackberry (BB) tersebut sudah sangat menyentuh kehidupan orang Indonesia khusunya kawula muda dan para profesional. Setiap saat kerjaannya bertukar pesan BBM terus, atau minta PIN BBM orang supaya bisa connect dengan orang tersebut. Nah PIN ini yang akan kita bahas di post ini. FYI, PIN di BBM berlaku sebagai identitas BBM seseorang, bahkan boleh dibilang identitas BB itu sendiri karena 1 BB cuma bisa punya 1 PIN BBM saja. Pertama, kita akan melihat struktur dari PIN BBM. Misalnya kamu tanya kepada teman kamu yang punya BB, "Eh, PIN BBM-mu berapa?". Pasti (kalau dia mau kasih tahu) dia akan memberikan sebuah #kode angka dan huruf b...