Langsung ke konten utama

Stephani's 17th Birthday

Walaupun ultahnya telah lewat, namun acara ultah 17 tahun Fani yang bertempat di Restoran Jala-jala (dekat Nn. Yenny)ini berlangsung cukup meriah. Beruntung sekali gw diundang, walau harus menjadi sang lelaki satu2nya (selain keluarganya tentunya).


Perjalanan gw dimulai dengan terburu2 mandi dan bersiap-siap jalan ke Bogor. Di saat matahari lagi giat2 nya menyengat gw langsung panggil ojek, diteruskan naik angkot dan terakhir naik kereta di stasiun UI.

Sialnya, kereta ekonomi AC (5,5 rb) baru jalan 10 menit sebelum gw sampai di stasiun, dan kereta AC berikutnya baru akan datang 40 menit lagi. Karena acaranya di-planning jam 4, otomatis naik kereta AC berikutnya akan membuat gw telad banget sampe tempat tujuan, yaudah gw putuskan naik kereta ekonomi biasa (2 rb).


Kereta pun datang 5 menit kemudian... WAAWW!!! Penuh sekaleee... dari luar ngga bisa keliatan secuil space untuk berdiri... tapi daripada ngga jalan2, gw terobos saja dengan penuh kekhawatiran, karena umumnya saat seperti itu yang "rentan" untuk dicopet. Gw pegang erat2 tas, depan dan bawah (antisipasi disilet), karena mmg ada "barang berharga" di situ...

Selama di kereta yang sangat pengap itu, gw ga sempat menikmati bangku kereta... Mana saat itu gw bener2 kehausan (belum minum), dan tetap harus menjaga tas serta mau tak mau terkena bau asap rokok, bau keringat, plus bau sampah dari TPS yang banyak dilewati kereta tsb... memang, kereta ekonomi dgn AC JAUH BEDA!

Sesampainya di stasium Bogor gw menepi dulu di minimarket sembari beli Teh Kotak untuk melepas dahaga. Lalu gw cepat2 mencari angkot 03 karena waktu sudah menunjukkan 10 menit menuju jam 4.

Ok, memang namanya angkot, ngetem adalah mottonya... namun akhirnya sampai juga di dekat Nn. yenny, lalu gw lari menuju Jala2. (Untung bukan Jala2 rancamaya... ga nyampe pasti)

Sesampainya di sana, gw........................... cuma ngeliat si Teu2 (Tanti) sama emaknya. Ternyata sang empunya acara belum datang... Merasa diri bau gw langsung ke toilet, cuci tangan, tapi sayangnya ngga ada parfum (baunya biarkan hilang sendiri saja... haha).

Waktu terus berlalu, emak Teu2 pulang, Macila n Yanny datang, Momo Hani Anita Nono datang, tapi sang empunya acara tetep saja belum datang. Kami pun menunggu... menunggu... dan menunggu... ngobrol2 ngalor ngidul, sampe jam 5 lewat, datang om tantenya fani, sama papanya fani... Tapi faninya "Belum Juga Datang"...! Kemanakah gerangan dia? Apakah ke salon dulu make-up? (Hani said).

Namun akhirnya datang juga (dan acara pun yg tadinya jam 4 ter-delay menjadi jam stngh 6). Maka langsung saja ke acara utama, MAKAN-MAKAN... haha...

Mulai dari welcome drink, drink nya, makanan 5 rupa, nambah nasi, disodorin lauk, perut maju, gw jadi pejuang terakhir pada acara melahap makanan di saat yg lain sudah KO... haha setidaknya gw bisa lebih gemuk ya!

Setelah acara makan besar, kue ultah pun datang... kado2 diserahkan, lagu dinyanyikan, lilin ditiup, kue dipotong, dan tentunya foto2 narsis sang empu acara layaknya seorang model kesasar (maksudnya belum direkrut sama majalah :P wkwkwk). Tak tanggung2, berapa foto ya yang dia abadikan.... 1 aksi 5 foto, dan begitu selanjutnya... haha

Daaan... gw menjadi sang pe-rakus kue ulang tahun... setelah menyantap potongan kue pertama, eh nyokapnya menyodorkan lagi potongan kue (yang lebih besar) yg tentunya ga enak untuk ditolak... sepertinya gw udah membuka gudang makanan ke-3 deh... haha

Acara pun selesai pukul 7.30 dan gw dijemput di Gramed pajajaran jam 8. Sampai saat ini ditulis pun gw masih merasakan makanan yg tersangkut di ventrikulus dan duodenum... haha

Thanks to Stephani and Family for the invitation... dan maafkan bila kadonya "sangat2 sederhana"...

p.s: Namun setelah makan banyak berat gw tetep sama... 50kg T_T Kenapa gw...!




Komentar

  1. Gua cuman pernah sekali naek kereta ekonomi. Untung waktu itu lagi gak penuh2 amat. Kalo iya enggak kebayang kali ya kaya apa. Hahaha.
    Slamat ultah juga ya buat Fani... :D

    BalasHapus
  2. Sammy,
    haha..pengalaman before go to party u, rusuh bnyk yaa..haha..

    gue jg pernah tuh naik kereta ekonomi saat lg sesak2na pagi-pagi, saat mau ikut lomba di UI..
    ga tahan euy..rame pisan..

    btw fotona resolusi brp tuh? "blur" bgt saat di-zoom..ada yg lain kah?

    _anita_

    BalasHapus
  3. masih 50kg juga??
    wah cacingan x lo sam
    wkwkwkkwkwkwkwkw

    GFP

    BalasHapus
  4. @ nita
    fotonya mank ngeblur... coz resolusinya 1,3 MP doank...! Salah setting wkt itu...

    @ GFP sapa yeuh? bikin penasaran nih... hehe

    BalasHapus
  5. samieee...
    wkwkwkw, ga dsangka perjalan u mengharukan sekali yh..
    =p

    BalasHapus

Posting Komentar

Please comment below:

Postingan populer dari blog ini

Klasifikasi Mall

Orang Indonesia khususnya orang Jakarta pasti sudah tidak asing dengan mall . Jenis pusat perbelanjaan ini sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jakarta saat ini. Dari tujuan awalnya   yaitu sebagai tempat untuk melakukan transaksi/perdagangan, mall  saat ini telah berkembang sebagai tempat yang tidak hanya memfasilitasi kegiatan perdagangan, tetapi juga sebagai tempat nongkrong , ruang publik  untuk menyuarakan aspirasi, hingga sebagai gaya hidup masyarakat. Terinspirasi dari sebuah pembicaraan, saya ingin membuat klasifikasi mall-mall yang ada di Indonesia. Ternyata tidak semua mall di Indonesia itu sama loh! Mall  di Indonesia ada bermacam-macam jenisnya bergantung pada strategi pendiri mall tersebut, yang disesuaikan pula dengan tujuan dibangunnya mall, demografi dari konsumen , dan hal-hal penting lainnya. Berikut klasifikasi-klasifikasi mall  berdasarkan hasil pemikiran pribadi (sengaja contoh tidak diberikan untuk menghinda...

Perbandingan sistem SKS di Indonesia (ITB) dan ECTS di Belanda (TU Delft), dan alasan mengapa banyak yang merasa kuliah di Belanda lebih berat daripada di Indonesia.

"Lebih berat kuliah di Indonesia atau kuliah di Belanda?" Banyak pertanyaan semacam itu dikemukakan oleh orang-orang yang penasaran bagaimana rasanya menempuh studi Magister di negeri kincir angin ini. Bagi sebagian besar orang yang sedang sama-sama menempuh kuliah di sini (secara spesifik di TU Delft) dan sebelumnya menempuh pendidikan S1 di Indonesia, beban kuliah di sini rasanya lebih banyak daripada beban kuliah di Indonesia. Saya pun kurang lebih merasakan hal tersebut. Namun, opini-opini tersebut masih berupa sekumpulan argumen yang bersifat kualitatif. Apakah ada penjelasan kuantitatif yang mendukung pendapat beban studi di Belanda lebih besar daripada beban studi di Indonesia? Saya akan mencoba membahasnya di sini. Perguruan tinggi di Indonesia mengenal sistem Satuan Kredit Semester (SKS) untuk mengukur beban studi mahasiswa dalam menempuh kuliah. Saya kurang tahu apakah sistem SKS berlaku sama atau berbeda-beda antar perguruan tinggi di Indonesia. Oleh karen...

Nasib Pelajaranku Saat Ini

Aneh ya, Di saat teman-teman yang setingkat dengan saya merasakan bahwa pelajaran di jurusan mereka semakin lama semakin menjurus, saya malah merasakan pelajaran di jurusan ini semakin lama semakin abstrak dan tidak jelas mau dibawa ke mana. Tetapi memang seperti itulah yang saya rasakan di jurusan tercinta ini. Satu hal yang saya ketahui adalah semakin tinggi tingkatan kuliah, pelajaran yang saya dapat semakin keluar dari sisi teknis. Kalau mungkin di tingkat 1, 2, atau tingkat 3 awal saya masih sering mendapat pelajaran-pelajaran yang bersifat teknis (seperti pemograman, hitung-menghitung, dll), sekarang ini pelajaran semakin ke arah konseptual (pengertian lain: ngalor-ngidul tidak jelas pun boleh). Setidaknya jurusan ini memberikan penyadaran diri dalam diri saya, sebuah penyadaran yang kalau boleh dibilang cukup pahit, yaitu bahwa saya orang yang berpola pikir eksak (serba pasti) dan sulit mencerna sesuatu yang tidak eksak (seperti ilmu sosial, ekonomi, humaniora dll), mirip den...