Yang pertama berkata : "Aku adalah Damai. Namun manusia tak mampu menjagaku, maka lebih baik aku mematikan diriku saja!" Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.
Yang kedua berkata : "Aku adalah Iman. Sayang aku tak berguna lagi. Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala." Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.
Dengan sedih giliran lilin ketiga bicara : "Aku adalah Kasih. Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan menganggapku berguna. Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya." Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah lilin ketiga.
Tanpa terduga…
Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata : "Ah, apa yang terjadi? Kalian harus tetap menyala. Aku takut akan kegelapan!" Lalu ia menangis tersedu-sedu.
Lalu dengan terharu lilin keempat berkata : "Jangan takut dan janganlah menangis. Selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga lilin lainnya. Akulah HARAPAN."
Dengan mata bersinar, sang anak mengambil lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga lilin lainnya.
Harapan itulah yang tersisa manakala semuanya habis. Manakala kita berada di ujung penghabisan daya. Ketika iman, damai, dan kasih seperti terpupus diterbangkan angin, dan kita duduk di atas debu, namun Tuhan memberikan perngharapan yang mampu menghidupkan kembali iman, damai dan kasih itu. Jangan putus asa karena pengharapan itu tidak mengecewakan.
(taken from RHP0307)
Komentar
Posting Komentar
Please comment below: