Terkadang hidup itu memang susah ditebak, seperti kata orang bijak mengenai roda yang berputar, kadang di atas kadang di bawah. Yah, mungkin semua orang, sadar maupun tidak sadar mengalami hal ini. Hari ini lagi sukses-suksesnya, besoknya sial sesial-sialnya. Bahkan *mungkin* ada yang paginya terhindar dari tabrakan motor siangnya mati ditabrak bus (lebay sih). Pokoknya sulit lah memperkirakan apa yang akan terjadi satu detik, satu menit dari sekarang.
Bahkan di jaman teknologi yang semakin berkembang pesat juga tetap saja tidak bisa memperkirakan hal itu. Mungkin sekarang para ilmuwan bisa memperkirakan kapan hujan akan turun, atau kapan meteor akan jatuh, tapi mereka lum tentu tahu kapan mereka akan dicopet, atau yang paling luhur dari semuanya: Kapan mereka akan mati?
Kematian, yah ini memang hal yang paling menakutkan yang tidak tahu kapan datangnya. Yang kita tahu paling sebatas kita akan mati suatu saat. Ya, tapi suatu saatnya kapan? Kita tidak tahu. Bisa saja setelah saya menulis tulisan ini saya mati *amit2 jangan deh*. Bisa jadi 1 jam lagi ada hal di belahan dunia mana yang membuat ratusan orang meninggal. Bisa saja dan bisa saja, tidak bisa ditentukan dengan presisi.
Mungkin untuk orang-orang yang sudah uzur (kakek nenek atau buyut kita), menunggu kematian adalah sebuah pengharapan. Ketika melihat anak-anaknya sudah besar, sukses dalam hidupnya, dan telah memiliki cucu-cucu yang juga sudah besar bahkan sudah punya cicit juga kalau bisa, mereka seperti sudah berserah, cukuplah ia akan pengalaman hidupnya, dan tinggal menunggu Tuhan memanggilnya. Pernah suatu hari saya diceritakan oma saya tentang temannya yang meninggal satu minggu sebelumnya. Setelah bercerita ia berkata, "...haha, kalau kayak gini saya juga ingin segera dipanggil...." Wah, bingung jadinya, apa saya sebaiknya mendoakan umur yang panjang seperti yang saya biasa doakan untuk semua orang atau tidak ya? Haha.
Intinya adalah penyerahan diri. Setelah itu mungkin teman-teman berkata kalau mereka memang sudah tua dan kita masih muda, belum boleh lah untuk berserah akan kematian kayak orang-orang tua. Memang orang muda masih panjang hidupnya dan idealnya jangan mati dulu. Tapi kita tidak tahu kan hidup kita akan berarah ke mana? Lagi-lagi sulit ditebak, dan Tuhan sudah punya arahan. Kita tidak tahu pada umur berapa kita akan mati. Di situasi tersebut, penyerahan diri mutlak diperlukan, agar kita siap untuk dipanggil kapanpun dalam hidup kita, dan mencegah kita untuk menjadi arwah penasaran (wkwkwk).
Penyerahan diri bukan hanya untuk hal kematian saja, melainkan di seluruh hidup kita. Seringkali kita diletakkan dalam situasi yang tak terduga, dan mungkin bukan apa yang kita inginkan. Dalam keadaan seperti ini kita butuh untuk berserah, berserah kepada kehidupan yang ada sehingga kita dapat menjalani hidup tersebut. Percayalah, Tuhan punya rencana yang baik untuk kita walaupun kita harus menjalani "tempaan" di lingkungan yang tidak kita inginkan.
Praktis hal tentang penyerahan diri ini yang gw telan saat ini, saat gw berkuliah dan menjalani hidup di Bandung. Sebuah keadaan yang tidak gw inginkan pada awalnya. Namun mau tak mau gw harus menjalani kehidupan karena waktu terus bergulir, dan berserah menjadi kunci utama dalam menjalaninya. Tidak ada gunanya untuk berontak, percaya bahwa keadaan ini ada baiknya, percaya Tuhan punya rencana indah, dan percaya hal ini juga kita pasti bisa meng-handle-nya (Tuhan tidak akan memberi sesuatu yang tidak bisa kita bawa). Memang berat sekali, apalagi saat awal-awal masanya, gw sering dilingkupi perasaan hancur, sial, dan tak berguna. Ternyata Tuhan masih baik, masih terus menyertai hidup kita dari tempat yang tak terlihat. Dan akhirnya gw merasakan hal ini tidak buruk-buruk amat dan ada nilai kehidupan yang bisa gw petik dari pengalaman ini, bahkan gw merasakan suatu dukungan yang luar biasa dari teman-teman yang belum pernah gw rasakan sebelumnya.
Penyerahan diri bukan berarti kita hanya diam bengong seperti orang hampir pingsan. Kita tetap melakukan sesuatu dengan baik adanya, tetap mencari peluang dan strategi untuk kehidupan yang lebih baik. Penyerahan diri membantu kita untuk tidak melulu memikirkan kesalahan dan kesialan kita sehingga kita tetap mempunyai pengharapan dan tetap menjalani kehidupan dengan biasa (seperti saat kita belum mendapat kejadian yang kurang berkenan). Lebih jauh lagi, penyerahan diri bisa membantu kita untuk semakin memperjelas dan mempertegas tujuan dan panggilan hidup kita.
Pada akhirnya, gw memang setuju sama perkataan guru gw waktu dulu, pelajaran kehidupan memang paling sulit dari semua pelajaran yang ada dan ujiannya paling menyakitkan, tapi nilai-nilai yang didapat paling berguna.
*=P
Komentar
Posting Komentar
Please comment below: