Langsung ke konten utama

I feel lonely

Sejujurnya gw bukan orang yang terbuka...
sulit rasanya untuk menyadari kalau keterbukaan itu perlu, dan gw harus menyesuaikan dengan keadaan yang ada, yah begitulah... namun di sisi lain, gw merasa keterbukaan itu cukup mengintervensi keadaan saya yang sebenarnya. Yah, wajarlah karena dari "sononya" gw bukan orang yang terbuka.

Apakah kalian merasa gw sering salah tingkah dan berbicara dengan kata2 yang sulit dimengerti? Seperti itulah gejalanya. Gejala akan terjadinya peperangan dalam batin antara perasaan ingin meluapkan emosi yang bergejolak selama ini (dan kau tahu emosi gw semakin bergejolak sejak tahun lalu) dan perasaan kuatir bila melakukan suatu keterbukaan seperti itu. Banyak kata2 yang melayang di pikiran hanya untuk mengucapkan satu kalimat saja. Is that hurting minds, isn't it? YES!

So, I really apologize to friends of mine, yang mngkin merasa gw aneh dan menyebalkan karena sering sekali bawel dan lebih sering lagi pundung... Emosi gw masih belum stabil benar sejak tahun lalu (lama sekali yah? tapi begitulah keadaannya).


===========================
Orang2 sering berkata tentang harusnya kita memiliki idealisme.
Sulit yah membicarakan idealisme. Seperti apa bentuknya? Apa benar yang kita pikirkan ideal itu benar2 ideal untuk kita?
Menurut gw sendiri gw sudah sangat idealis. Saking idealisnya sampai gw mematok hal2 yang menurut gw ideal dan melupakan hal yang lebih penting lagi dari keidealan itu, yaitu keadaan gw yang ada sekarang.
No gratitude? mungkin ini impact dari keidealismean itu... sesuatu yang wah yang diidealkan itu membuat gw sulit mensyukuri apa yang gw miliki sekarang ini. Bagi orang yang memang bertipe sangat ambisius hal ini mungkin tampak biasa saja, namun gw ga seambisius itu masalahnya. Seiring dengan selalu ditempatkannya gw di kelompok yang terbuang dari peradaban selama ini, tidak ada hal yang ingin diraih selain kedamaian bersama, bukan tujuan yang ambisius yang dikuatirkan akan menjurus kepada langkah2 yang picik.
Kesimpulannya gw malah merasa tidak tenang dengan idealisme2 yang gw buat secara alam bawah sadar tersebut. Gw korban dari idealisme.

=================================
Huh, perasaan ini muncul lagi, perasaan dimana sebaiknya gw tidak hidup karena gw tidak berguna (useless), tidak berkarisma (uncharismatic), tidak populer (unpopular), pembuat masalah (trouble-maker), dan tidak dicintai (unloved).
Useless : sangat menantang batin untuk mengatakan ini, tapi kamu dapat mencari orang yang lebih memiliki kemampuan dibandingkan saya yang tidak berkemampuan ini.
Uncharismatic : Semua orang tidak menghiraukan gw ketika gw meminta perhatian. Tidak ada bagian tubuh yang gw miliki yang bisa menarik perhatian, not handsome, not six-pack, not ideal.
Unpopular : Impact dari uncharismatic.
Trouble-maker : Semua benda yang gw pegang pasti akan rusak. Yah gw sangat menyadari betul hal itu, terutama ketika gw memegang peralatan elektronik atau mainan2 kecil. Di tangan gw benda2 seperti itu "secara ajaib" rusak. Begitu pula semua hal yang gw lakukan tidak ada yang pernah beres. Rasanya gw selalu ingin belajar dari kesalahan yang ada, namun tetap saja selalu tidak betul hasilnya. Sedih gw T_T
Unloved : Impact dari 4 poin di atas....

Ok! I desperado so much...
mungkin benar gw butuh teman hidup yang benar2 mau menerima gw apa adanya T_T

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Klasifikasi Mall

Orang Indonesia khususnya orang Jakarta pasti sudah tidak asing dengan mall . Jenis pusat perbelanjaan ini sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jakarta saat ini. Dari tujuan awalnya   yaitu sebagai tempat untuk melakukan transaksi/perdagangan, mall  saat ini telah berkembang sebagai tempat yang tidak hanya memfasilitasi kegiatan perdagangan, tetapi juga sebagai tempat nongkrong , ruang publik  untuk menyuarakan aspirasi, hingga sebagai gaya hidup masyarakat. Terinspirasi dari sebuah pembicaraan, saya ingin membuat klasifikasi mall-mall yang ada di Indonesia. Ternyata tidak semua mall di Indonesia itu sama loh! Mall  di Indonesia ada bermacam-macam jenisnya bergantung pada strategi pendiri mall tersebut, yang disesuaikan pula dengan tujuan dibangunnya mall, demografi dari konsumen , dan hal-hal penting lainnya. Berikut klasifikasi-klasifikasi mall  berdasarkan hasil pemikiran pribadi (sengaja contoh tidak diberikan untuk menghinda...

Perbandingan sistem SKS di Indonesia (ITB) dan ECTS di Belanda (TU Delft), dan alasan mengapa banyak yang merasa kuliah di Belanda lebih berat daripada di Indonesia.

"Lebih berat kuliah di Indonesia atau kuliah di Belanda?" Banyak pertanyaan semacam itu dikemukakan oleh orang-orang yang penasaran bagaimana rasanya menempuh studi Magister di negeri kincir angin ini. Bagi sebagian besar orang yang sedang sama-sama menempuh kuliah di sini (secara spesifik di TU Delft) dan sebelumnya menempuh pendidikan S1 di Indonesia, beban kuliah di sini rasanya lebih banyak daripada beban kuliah di Indonesia. Saya pun kurang lebih merasakan hal tersebut. Namun, opini-opini tersebut masih berupa sekumpulan argumen yang bersifat kualitatif. Apakah ada penjelasan kuantitatif yang mendukung pendapat beban studi di Belanda lebih besar daripada beban studi di Indonesia? Saya akan mencoba membahasnya di sini. Perguruan tinggi di Indonesia mengenal sistem Satuan Kredit Semester (SKS) untuk mengukur beban studi mahasiswa dalam menempuh kuliah. Saya kurang tahu apakah sistem SKS berlaku sama atau berbeda-beda antar perguruan tinggi di Indonesia. Oleh karen...

Nasib Pelajaranku Saat Ini

Aneh ya, Di saat teman-teman yang setingkat dengan saya merasakan bahwa pelajaran di jurusan mereka semakin lama semakin menjurus, saya malah merasakan pelajaran di jurusan ini semakin lama semakin abstrak dan tidak jelas mau dibawa ke mana. Tetapi memang seperti itulah yang saya rasakan di jurusan tercinta ini. Satu hal yang saya ketahui adalah semakin tinggi tingkatan kuliah, pelajaran yang saya dapat semakin keluar dari sisi teknis. Kalau mungkin di tingkat 1, 2, atau tingkat 3 awal saya masih sering mendapat pelajaran-pelajaran yang bersifat teknis (seperti pemograman, hitung-menghitung, dll), sekarang ini pelajaran semakin ke arah konseptual (pengertian lain: ngalor-ngidul tidak jelas pun boleh). Setidaknya jurusan ini memberikan penyadaran diri dalam diri saya, sebuah penyadaran yang kalau boleh dibilang cukup pahit, yaitu bahwa saya orang yang berpola pikir eksak (serba pasti) dan sulit mencerna sesuatu yang tidak eksak (seperti ilmu sosial, ekonomi, humaniora dll), mirip den...