Langsung ke konten utama

What did I get in Arezzo?

Tepatnya tidak hanya di Arezzo saja, melainkan di keseluruhan perjalanan yang "melelahkan" dari tanggal 11 september hingga kemarin.
  1. Kompetisi yang menarik. Pesertanya dari belahan dunia yang beragam, semuanya begitu luar biasa dan unik-unik. Apalagi saat di kategori folksongnya, dimana semua peserta menggunakan kostum baju daerahnya, how colorful isn't it? Kami memakai pakaian khas Bali, orang Jepang menggunakan yukata, orang Amerika menggunakan kostum ala petambang emas dulu, orang Eropa menggunakan kostum ala nona Belanda. Incredible!
  2. Kota Arezzo yang menarik, kecil namun sangat bersahabat. Sepertinya setiap orang lokal di sana saling mengenal satu sama lain saking kecilnya pusat kota tersebut. Panorama kota kuno Eropanya sangat menginspirasi. #akhirnyakeEropajuga
  3. Tidak hanya kota Arezzo, kota-kota lain juga tidak kalah menarik. Firenze, Milano. Aduh, so lovely! Keindahannya ini yang membikin hati tidak ingin meninggalkan Italia. Haha
  4. Akhirnya melihat Dubai International Airport yang konon katanya fenomenal itu! Dan memang kenyataannya sangat fenomenal! Bayangkan sebuah Airport yang sudah tidak seperti airport lagi melainkan seperti mall yang bahkan Cibubur Junction saja tidak bisa menandingi (ya kali ditandinginya dengan CibuJunc... haha). Jalan dari ujung ke ujung bandara? SANGAT MELELAHKAN! :D
  5. Akhirnya merasakan Emirates Airline, salah satu maskapai penerbangan terbaik di Dunia. Dan memang benar. Layanan yang diberikan tidak bisa lagi dibandingkan dengan penerbangan-penerbangan yang pernah saya rasakan sebelumnya.
Dan masih banyak lagi hal-hal menarik yang didapatkan, yang kecil-kecil tidak perlu dituliskan semua lah ya! Hehe
Finally, thanks for the experience :)
Thank you for Alessandro, Barbara, Nikola, Marco, and many more :) GBU

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Klasifikasi Mall

Orang Indonesia khususnya orang Jakarta pasti sudah tidak asing dengan mall . Jenis pusat perbelanjaan ini sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jakarta saat ini. Dari tujuan awalnya   yaitu sebagai tempat untuk melakukan transaksi/perdagangan, mall  saat ini telah berkembang sebagai tempat yang tidak hanya memfasilitasi kegiatan perdagangan, tetapi juga sebagai tempat nongkrong , ruang publik  untuk menyuarakan aspirasi, hingga sebagai gaya hidup masyarakat. Terinspirasi dari sebuah pembicaraan, saya ingin membuat klasifikasi mall-mall yang ada di Indonesia. Ternyata tidak semua mall di Indonesia itu sama loh! Mall  di Indonesia ada bermacam-macam jenisnya bergantung pada strategi pendiri mall tersebut, yang disesuaikan pula dengan tujuan dibangunnya mall, demografi dari konsumen , dan hal-hal penting lainnya. Berikut klasifikasi-klasifikasi mall  berdasarkan hasil pemikiran pribadi (sengaja contoh tidak diberikan untuk menghinda...

Perbandingan sistem SKS di Indonesia (ITB) dan ECTS di Belanda (TU Delft), dan alasan mengapa banyak yang merasa kuliah di Belanda lebih berat daripada di Indonesia.

"Lebih berat kuliah di Indonesia atau kuliah di Belanda?" Banyak pertanyaan semacam itu dikemukakan oleh orang-orang yang penasaran bagaimana rasanya menempuh studi Magister di negeri kincir angin ini. Bagi sebagian besar orang yang sedang sama-sama menempuh kuliah di sini (secara spesifik di TU Delft) dan sebelumnya menempuh pendidikan S1 di Indonesia, beban kuliah di sini rasanya lebih banyak daripada beban kuliah di Indonesia. Saya pun kurang lebih merasakan hal tersebut. Namun, opini-opini tersebut masih berupa sekumpulan argumen yang bersifat kualitatif. Apakah ada penjelasan kuantitatif yang mendukung pendapat beban studi di Belanda lebih besar daripada beban studi di Indonesia? Saya akan mencoba membahasnya di sini. Perguruan tinggi di Indonesia mengenal sistem Satuan Kredit Semester (SKS) untuk mengukur beban studi mahasiswa dalam menempuh kuliah. Saya kurang tahu apakah sistem SKS berlaku sama atau berbeda-beda antar perguruan tinggi di Indonesia. Oleh karen...

Nasib Pelajaranku Saat Ini

Aneh ya, Di saat teman-teman yang setingkat dengan saya merasakan bahwa pelajaran di jurusan mereka semakin lama semakin menjurus, saya malah merasakan pelajaran di jurusan ini semakin lama semakin abstrak dan tidak jelas mau dibawa ke mana. Tetapi memang seperti itulah yang saya rasakan di jurusan tercinta ini. Satu hal yang saya ketahui adalah semakin tinggi tingkatan kuliah, pelajaran yang saya dapat semakin keluar dari sisi teknis. Kalau mungkin di tingkat 1, 2, atau tingkat 3 awal saya masih sering mendapat pelajaran-pelajaran yang bersifat teknis (seperti pemograman, hitung-menghitung, dll), sekarang ini pelajaran semakin ke arah konseptual (pengertian lain: ngalor-ngidul tidak jelas pun boleh). Setidaknya jurusan ini memberikan penyadaran diri dalam diri saya, sebuah penyadaran yang kalau boleh dibilang cukup pahit, yaitu bahwa saya orang yang berpola pikir eksak (serba pasti) dan sulit mencerna sesuatu yang tidak eksak (seperti ilmu sosial, ekonomi, humaniora dll), mirip den...