Setelah melihat Opening Ceremony SEA Games kemarin, saya jadi terpikir akan ide untuk menyalakan api kaldron, terutama setelah kemarin Susi Susanti (mantan atlet Bulu Tangkis kelas dunia) "gagal" melemparkan lembing ke kaldron (walau secara ajaib apinya tetap menyala).
Hal-hal yang dapat dianalisis dari event kemarin adalah:
1. Susi Susanti bukan atlet lembing, tapi disuruh untuk lempar lembing.
Tentu saja dapat dimaklumi karena hal itu berarti lempar lembing bukan keahlian dari Susi Susanti. Mungkin kalau atlit lempar lembing yang melakukan, probabilitas lembing sampai ke kaldron akan lebih besar. Kenapa harus Susi Susanti? Itu karena faktor namanya yang sudah melegenda. Kenapa harus lempar lembing, tidak bulutangkis saja? Nah ini yang menjadi tanda tanya.
2. Susi Susanti melakukan lempar lembing sambil terbang
Ini juga menambah kesulitan yang sudah besar. Atlit lempar lembing saja mungkin akan sedikit menemui kesulitan apabila diminta melempar lembing dari ketinggian dengan cara terbang/bergerak. Apalagi Susi Susanti yang bahkan bukan atlit lempar lembing.
3. Faktor lingkungan
Mungkin ada faktor angin, air, atau apapun yang dapat mengganggu.
Akhirnya ada sebuah model yang saya pikirkan mengenai cara menyalakan api kaldron. Kira-kira dapat dilihat pada gambar ini:
Model ini dibuat dengan memperhatikan bahwa Susi Susanti merupakan atlit Bulutangkis (bukan lempar lembing), dan fakta bahwa melakukan aksi yang membutuhkan presisi pada kondisi terbang dan bergerak itu sangat sulit.
Jadi, daripada dia harus terbang, kenapa tidak kapalnya saja yang bergerak hingga jarak tertentu dari kaldron (tidak perlu dekat-dekat agar ada faktor serunya, tapi jangan terlalu jauh. Perlu disesuaikan dengan yang menyalakan apinya). Setelah itu kapalnya berhenti, dan atlit badminton (sebut saja Susi Susanti) bersiap melakukan servis kok yang telah dibakar. Kok yang diservis akan sama kelakuannya dengan panah api saat olimpiade 1992 Barcelona. Apabila presisi, maka kok akan sampai ke kaldron dan akan menyalakan api kaldron. Setelah itu, kaldron akan naik (dengan bantuan motor) hingga ketinggian yang diinginkan.
Memang masih membutuhkan presisi yang tinggi, tetapi setidaknya karena cabang olahraga yang digunakan adalah yang sesuai dengan Susi Susanti (badminton), maka ia lebih menguasai teknik melambungkan koknya (daripada lempar lembing). Atau apabila masih ingin menggunakan lempar lembing, setidaknya karena kondisinya tidak terbang dan diam, lebih mudah untuk dibidiknya.
Problem yang mungkin muncul:
1. Koknya panas kalau dipegang. Solusinya: gunakan sarung tangan dari bahan anti panas.
2. Biaya motor penggerak kaldron mahal. Wah, kalau ini tinggal masalah niat-niatan aja. Ada alternatif lain yaitu membuat ketinggian kapal yang sesuai dengan ketinggian kaldron. (tidak perlu sama persis, yang penting masih possible untuk kok yang diservis sampai ke sana.
3. Faktor cuaca? Yah, memang ini faktor paling sulit. Namun hal ini bisa dihandle kok apabila atlet yang menyalakan api memang kompeten dengan cara yang digunakannya.
Jadi,
mungkin ini bisa jadi ide penyalaan api kaldron untuk ke depannya? :p
Komentar
Posting Komentar
Please comment below: