Langsung ke konten utama

Ga nyangka sudah 3 tahun

Wah, ngga nyangka sudah 3 tahun blog ini aktif di dunia per"go-blog"an. Post pertama blog ini tertanggal 24 April 2009. Berarti sudah sekitar 3 tahun 2 bulan. Sudah banyak yang berubah dari kehidupan sang pemilik ini haha... :p

Kalau di post pertama, penulis masih seorang bocah SMA yang masih suka bolak-balik Depok-Bogor untuk menuntut ilmu. Waktu itu pembicaraan yang paling hot adalah seputar UAN (maklum, saat itu penulis sedang di kelas 3 SMA dan bersiap2 lulus dari SMA). Sekarang ini penulis sudah menyelesaikan semester 6 kuliah undergraduate nya di Bandung, dan sedang menjalani Kerja Praktek (KP) / Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Jakarta. Wah ngga kerasa udah makin dekat saja dengan dunia orang dewasa (maksudnya dunia kerja) @_@

Entah selalu ada keinginan, andaaaaai saja waktu memang bisa dihentikan atau diputar balik. Rasanya satu hari saat ini sangaaat cepat: matahari baru saja terbit dan sekarang sudah mau terbenam kembali, orang baru bangun dan sekarang harus tidur lagi. Yang kadang-kadang menyeramkan untuk dibayangkan adalah kenyataan kalau semua manusia semakin lama semakin tua, dan selanjutnya pasti pembaca yang budiman semua pada tahu. Heww, selalu menjadi unanswerable question tentang mengapa segala sesuatu di alam semesta ini harus datang dan kemudian pergi. Yang kita bisa lakukan hanya berserah kepada-Nya dan selalu bersiap-siap menghadapi kenyataan yang ada.

Kehidupan manusia memang suatu saat akan berlalu, tetapi memori akan selalu ada. Mungkin pernyataan tersebut yang membuat saya semakin menganggap penting arti sebuah arsip, peninggalan, dan catatan. Bahkan untuk kehidupan sehari-hari saja hal tersebut sangat penting, mengingat sifat alami manusia yang gampang mengalami lupa. Seringkali orang-orang mengabaikan hal tersebut apalagi kalau melihat dampak langsungnya terhadap pencapaian tujuan kurang terasa (di beberapa kasus mungkin terasa). Namun, setidakdipakainya arsip, catatan, dan peninggalan tersebut dalam waktu yang dekat, bisa jadi suatu hari hal tersebut dibutuhkan. Sayang kan kalau saat dibutuhkan sudah hilang/tidak ada! Andaikan memang tidak dibutuhkan, hal tersebut dapat menjadi saksi sejarah sebuah kehidupan manusia/kelompok manusia.


Wah, sudah ngomong terlalu lebar nih...
Semoga saya masih sempat dan masih niat untuk melanjutkan blog ini hingga panjang (sepanjang apa saya tidak tahu).
:)

(SnL)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Klasifikasi Mall

Orang Indonesia khususnya orang Jakarta pasti sudah tidak asing dengan mall . Jenis pusat perbelanjaan ini sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jakarta saat ini. Dari tujuan awalnya   yaitu sebagai tempat untuk melakukan transaksi/perdagangan, mall  saat ini telah berkembang sebagai tempat yang tidak hanya memfasilitasi kegiatan perdagangan, tetapi juga sebagai tempat nongkrong , ruang publik  untuk menyuarakan aspirasi, hingga sebagai gaya hidup masyarakat. Terinspirasi dari sebuah pembicaraan, saya ingin membuat klasifikasi mall-mall yang ada di Indonesia. Ternyata tidak semua mall di Indonesia itu sama loh! Mall  di Indonesia ada bermacam-macam jenisnya bergantung pada strategi pendiri mall tersebut, yang disesuaikan pula dengan tujuan dibangunnya mall, demografi dari konsumen , dan hal-hal penting lainnya. Berikut klasifikasi-klasifikasi mall  berdasarkan hasil pemikiran pribadi (sengaja contoh tidak diberikan untuk menghinda...

Perbandingan sistem SKS di Indonesia (ITB) dan ECTS di Belanda (TU Delft), dan alasan mengapa banyak yang merasa kuliah di Belanda lebih berat daripada di Indonesia.

"Lebih berat kuliah di Indonesia atau kuliah di Belanda?" Banyak pertanyaan semacam itu dikemukakan oleh orang-orang yang penasaran bagaimana rasanya menempuh studi Magister di negeri kincir angin ini. Bagi sebagian besar orang yang sedang sama-sama menempuh kuliah di sini (secara spesifik di TU Delft) dan sebelumnya menempuh pendidikan S1 di Indonesia, beban kuliah di sini rasanya lebih banyak daripada beban kuliah di Indonesia. Saya pun kurang lebih merasakan hal tersebut. Namun, opini-opini tersebut masih berupa sekumpulan argumen yang bersifat kualitatif. Apakah ada penjelasan kuantitatif yang mendukung pendapat beban studi di Belanda lebih besar daripada beban studi di Indonesia? Saya akan mencoba membahasnya di sini. Perguruan tinggi di Indonesia mengenal sistem Satuan Kredit Semester (SKS) untuk mengukur beban studi mahasiswa dalam menempuh kuliah. Saya kurang tahu apakah sistem SKS berlaku sama atau berbeda-beda antar perguruan tinggi di Indonesia. Oleh karen...

Nasib Pelajaranku Saat Ini

Aneh ya, Di saat teman-teman yang setingkat dengan saya merasakan bahwa pelajaran di jurusan mereka semakin lama semakin menjurus, saya malah merasakan pelajaran di jurusan ini semakin lama semakin abstrak dan tidak jelas mau dibawa ke mana. Tetapi memang seperti itulah yang saya rasakan di jurusan tercinta ini. Satu hal yang saya ketahui adalah semakin tinggi tingkatan kuliah, pelajaran yang saya dapat semakin keluar dari sisi teknis. Kalau mungkin di tingkat 1, 2, atau tingkat 3 awal saya masih sering mendapat pelajaran-pelajaran yang bersifat teknis (seperti pemograman, hitung-menghitung, dll), sekarang ini pelajaran semakin ke arah konseptual (pengertian lain: ngalor-ngidul tidak jelas pun boleh). Setidaknya jurusan ini memberikan penyadaran diri dalam diri saya, sebuah penyadaran yang kalau boleh dibilang cukup pahit, yaitu bahwa saya orang yang berpola pikir eksak (serba pasti) dan sulit mencerna sesuatu yang tidak eksak (seperti ilmu sosial, ekonomi, humaniora dll), mirip den...